Kamis, 08 Maret 2012

Penghianatan Cinta

Pepatah bilang “Malang tak bisa ditolak, untung tak bisa dikejar.” Kadang hidup di dunia terasa seperti memecahkan satu misteri ke misteri lain. Misteri karena kita memang tak tahu apa yang terjadi di masa depan. Tak perlu jauh puluhan tahun ke depan, besok saja kita juga tak tahu.

Seperti saya alami beberapa waktu lalu. Bangun tidur di pagi hari terus mandi. Eh ternyata saluran pembuangan kamar mandi buntu. Lantainya menjadi banjir. Anehnya malamnya masih lancar. Dan ketika saya jalankan mobil, indikator mesin menunjukkan rusak. Aneh, sebelumnya tidak apa-apa.
Ternyata ketika mengetahui masalah saluran air pembuangan dan kerusakan mobil itu, ada 2 masalah lain yang muncul. Jadi ada 4 masalah muncul bersamaan. Remeh tapi menjengkelkan. Bikin sakit hati juga.
Namun saya sadar selama hidup di dunia permasalahan selalu ada. Yang dilakukan bukan bagaimana menghilangkan masalah atau menihilkan masalah. Tak mungkin! Yang harus kita lakukan adalah bagaimana menghadapi masalah sebaik mungkin. Ya sebaik mungkin. Karena kita juga tak tahu apakah solusi yang kita pakai juga tepat.
Setiap saat kita harus bersiap adanya masalah. Bukan kita berharap adanya masalah. Bukan. Tapi tidak menjadi kaget atau shock bila ada masalah. Apalagi sesuatu yang tidak sangka sebagai masalah. Seperti yang dialami oleh Ina.
~~~
Ina tak menyangka kekasihnya mengkhianatinya. Justru beberapa saat sebelum acara pengikatan cinta mereka. Yang lebih sakit lagi kekasihnya mengalihkan cinta pada Ita, sahabat karibnya. Seseorang yang menjadi yang telah dipercaya sepenuhnya.
Ina dan Ita bersahabat sejak kecil. Tak tahu kapan persisnya. Mungkin sejak keluarga mereka boyongan ke perumahan baru di daerah Rungkut. Mereka bertetangga dalam satu perumahan meski beda gang.
Mereka sudah akrab meski sekolah SD-nya beda. Namun sejak SMP mereka satu sekolah dan berlanjut ke SMA. Waktu kuliah juga satu universitas meski beda fakultas.
Tentu saja persahabatan yang terbentuk ini menjadi sangat kental. Mereka melakukan banyak hal bersama; bermain, menonton, belanja, bahkan berbagi rahasia tentang pacar mereka. Persahabatan mereka tak putus bahkan setelah mereka bekerja.
Kini Ina bekerja di sebuah perusahaan media massa. Sedangkan Ita bekerja di sebuah perusahaan manufaktur. Di tempat kerjanya ini, Ina mendapatkan kekasih. Sebut saja Arman. Dia teman kantornya.
Jalinan kasih yang dirajut mereka sangat serius. Sehingga mereka memutuskan mengikatnya secara resmi. Persiapan demi persiapan telah dilakukan. Mencari merchandise yang unik, mendesain undangan yang cantik, melihat lokasi tempat prosesi pernikahan dan lainnya.
Selama itu Ita teman akrab Ina sering ikut menemani mereka. Bahkan Ina menyuruh mereka berdua pergi menyiapkan sesuatu bila Ina berhalangan karena pekerjaan. Karena tak heran Ita juga akrab dengan Arman.
Namun ketika persiapan sudah semakin matang, masalah itu muncul. Seperti saya jelaskan di atas, kita tak berharap adanya masalah. Tapi masalah kadang muncul.
Arman ternyata berkhianat. Dia ternyata diam-diam mengalihkan cintanya ke Ita. Tentu saja berjalannya sangat lancar. Karena Ina tak curiga sedikit pun kalau mereka berdua berjalan bareng.
Satu kali pengkhianatan cinta sudah menyebabkan sakit hati yang sangat. Apalagi dua kali di waktu bersamaan! Sakitnya pasti tak terperikan. Untuk yang tak kuat mental, bisa fatal akibatnya.
Ina shock berat. Dia tak percaya kejadian ini. Bagaimana mungkin sahabat yang dipercaya melakukan seperti ini. Dia menangis berhari-hari. Berbulan-bulan dia menyesali takdirnya. Menyesali pindah ke perumahan itu sehingga ketemu Ita. Menyesali bekerja di perusahaan itu karena bertemu dengan Arman yang kemudian memisahkan persahabatan dengan Ina. Bahkan menyesali dilahirkan di dunia. Ingin rasanya mengakhiri hidup.
Dia tak tahu bahkan tak peduli apa yang akan terjadi esok. Sehari-hari dia murung mengurung diri di kamar. Keluarganya sudah rela mendukungnya dengan pindah rumah, karena tak mungkin lagi bertetangga dengan keluarga Ita. Jangan tanya dengan pekerjaan. Ina sudah mengundurkan diri. Karena pasti tak sanggup ketemu lagi dengan Arman termasuk gunjingan teman kantor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar